Tahun
2020 diawali dengan kemunculan virus corona yang cukup meresahkan warga dunia.
Virus yang ditemukan pertama kali di kota wuhan Cina, telah memakan ribuan
korban, hingga sampai saat ini virus tersebut belum ditemukan vaksinasi atau
pun obat penawarnya. Pemerintah Cina sudah mengeluarkan peraturan untuk mentup
segala akses transportasi keluar dan masuk kota Wuhan. Penduduk-penduduk
diteror rasa takut akan terjangkitnya virus corona tersebut, pasien-pasien
diisolasi, rumah sakit –rumah sakit terus dibanjiri pasien tanpa henti, hingga
banyak tenaga kesehatan yang mengalami depresi karna beban kerja dan tekanan
yang tinggi hampir setiap hari.
Pemerintah
Cina melaporkan bahwa dokter yang bekerja di garis terdepan menangani wabah
virus corona di kota wuhan dr.Liang Wudong (62 tahun) meninggal dunia.
Setidaknya sampai saat ini tercatat 15 petugas medis telah terinfeksi, 3 orang
diantaranya adalah dokter.(Republika.com)
Beredar
banyak video tentang petugas medis menangis histeris dan mengalami depresi
hebat yang diduga akibat menangani korban virus corona yang terus berdatangan
di Rumah sakit. Dari caption tertulis “
petugas medis dari wuhan benar-benar terbakar dan meleleh. Sangat sedih dan
marah melihat ini terjadi, mereka membutuhkan lebih banyak dukugan daripada
sekarang.” (Sumber: Twitter @badiucao)
Sebenarnya
fenomena munculnya wabah penyakit sudah sering terjadi sejak jaman Rasulullah.
Pada masa itu wabah yang cukup dikenal adalah pes dan lepra. Rasulullah SAW pun
melarang untuk memasuki daerah yang terkena wabah. Rasulullah SAW bersabda:
“Jika kalian mendengar tentang
wabah-wabah di suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika
terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan
tempat itu,” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari
Aisyah ra. Beliau pernah bertanya pada Rasulullah SAW tentang wabah kolera.
Rasulullah kemudian menjawab, “Tiap wabah
itu dapat bermakna siksaan bagi yang Allah kehendaki. Tetapi, wabah bagi orang
beriman adalah bentuk rahmat selama ada kesabaran yang kuat dari mereka yang
terjangkit. Maka ia berhak mendapatkan pahala sebagaiman balasan bagi
orang-orang yang mati syahid.” (HR
Bukhari)
Dari
Jabir bin Abdullah ra. Meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda: “ Tutuplah wadah, ikat dan tutuplah tempat
air, karena dalam satu tahun terdapat suatu malam tempat turunnya wabah
penyakit. Wabah tersebut tidak melewati suatu wadah atau suatu tempat air yang
tidak ditutupi, kecuali sebagian wabah tersebut masuk kedalamnya.” (HR Muslim
dan Ahmad)
Dapat
diketahui bahwa Rasulullah saw adalah yang pertama kali memberikan prinsip
menjaga kesehatan melalui usaha antisipasi dan proteksi untuk menghindari
berbagai wabah dan penyakit menular. Setelah ditemukannya alat berupa mikroskop
di era modern, barulah terungkap bahwa wabah penyakit yang berupa
mikroorganisme menempel pada atomatom debu dan ditularkan melalui angin yang
membawa debu. Lalu siapakah saat itu yang memberi tahu Rasulullah di jaman itu,
padahal teknologi belum ditemukan, tidak lain dan tidak bukan adalah Allah SWT.
Walaupun
mikroorganisme dan ilmu mikrobiologi belum dikenal pada zaman Rasulullah ,dan
baru berkembang saat abad 19 dan sesudahnya, akan tetapi Islam sudah memberikan
solusi terhadap pemberantasan mikroorganisme yang merugikan agar tidak
berdampak buruk bagi kehidupan manusia jauh sejak 14 abad yang lalu. Dalam Al
Qur’an dan Hadist selalu terdapat prinsip kebersihan. Islam mensyariatkan
bersuci sebelum shalat. Berwudhu dari hadats kecil dan mandi wajib untuk hadast
besar, mensucikan anggota badan, pakaian, tempat tinggal dari berbagai najis,
dan mensyariatkan mandi untuk momen ibadah penting lainnya. Selain itu, Islam
mensyariatkan kebersihan lainnya seperti memotong kuku, mencukur kumis,
mencukur bulu kemaluan, mencukur bulu ketiak, membersihkan kemaluan dengan air
setelah buang air, dan melakukan khitan atau didunia medis lebih dikenal
sircumsisi.
Dan
penyebaran wabah akibat virus dan bakteri pun sudah menjadi perhatian para
dokter-dokter muslim. Salah satunya ialah Fakhruddin ar-Razi yang dikenal di
dunia barat dengan nama Rhazes menulis tentang penyakit cacar dan campak dalam
kitabnya yang berjudul “Al-Judari wal Hasbah.” Dan diterjemahkan dalam bahasa
latin di Venezia (1565) dengan judul De Variolis et Morbilis (Risalah tentang
cacar dan campak).(wikipedia).
Dimasa
karirnya Ar-Razi diminta Khalifah Harun al-Rasyid mendirikan bimaristan (rumah
sakit) di Baghdad. Menariknya sebelum menentukan lokasi bimaristan yang akan
dibangun, ar-Razi meletakan beberapa potongan daging segar di sejumlah titik.
Lokasi dimana daging paling lama membusuk yang akan dipilih karena
menandakan tempat yang paling bersih dan
udaranya punsegar. Rumah sakit yang dibangun memiliki rancangan pemisahan untuk
pasien dengan penyakit menular. Kegigihan para dokter muslim dalam melawan
wabah penyakit tak ubahnya seperti mujahid yang bertempur di medan jihad. Tak
ada khawatir atau rasa takut bahkan depresi. Karena keyakinan dalam hati tidak
ada penyakit yang menular kecuali atas izin Allah SWT.
Haruslah
kegigihan para petugas medis dimasa keemasan islam patut dicontoh dimasa
sekarang, karna Rasulullah pun telah mengabarkan bahwa yang bersabar dalam yang
terdepan menghadapi wabah penyakit mendapatkan pahala sebagaimana orang-orang
yang mati syahid. Sehingga tidak ada lagi kekhawatiran hingga menimbulkan
depresi mendalam. Tenaga kesehatan adalah sebagai garda terdepan dalam
menghadapi wabah, maka yakinlah Allah pasti melihat semua aktivitas makhlukNya,
jam kerja yang bertambah, beban kerja yang menguras emosi dan tenaga, hingga
hampir selalu menyaksikan sakratul maut pasien, kadang membuat sedikit stres
dan depresi. Namun segera kembali kepada Allah, karena semua perbuatan seorang
muslim selalu bernilai di Mata Allah dan niatkan semua hanya untuk Allah yang
menjadi tujuan akhir.
Hu
wallahu a’lam bishawab.
No comments:
Post a Comment